27 November 2022
“Merendah untuk meroket”
Tentunya sudah lazim terdengar pepatah tersebut dalam keseharian kita. Hal ini tentunya juga lazim didengar dalam dunia akademis dan penelitian, terutama jikalau seorang peneliti telah berhasil melakukan publikasi atau mendapat penghargaan sesuatu. Seorang peneliti tentu memiliki hasrat kompetisi yang lebih dibandingkan kalangan lain, terutama jika dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan kemajuan karier, pendanaan, atau privilege yang lebih. Maka dari itu, agar tidak terlalu terlihat sombong, seorang peneliti ingin menyuarakan kesuksesan pencapannya dengan “merendah untuk meroket” atau yang kita kenal sebagai humble-brag.
Seiring dengan kemajuan dan kemudahan informasi, tentunya fenomena humble-brag ini semakin mudah ditemui, baik antar sesama kolega hingga melalui media sosial yang dapat viral hingga ke mancanegara. Perilaku humble-brag yang biasa dilontarkan umumnya berbentuk kritik atau merendahkan dirinya sendiri. Namun, pada dunia akademis, humble-brag biasanya diawali dengan kesuksesan terlebih dahulu baru merendahkan dirinya, seperti “Saya merasa terhormat dapat dianugerahi beasiswa X ke negara Y, padahal saya masih sangat muda dan belum ada publikasi sama sekali.”
Lalu apakah fenomena humble-brag ini sebuah hal yang tabu? Tentunya tidak. Seorang peneliti tentunya ingin meningkatkan branding diri, menyebarkan berbagai informasi terkait penghargannya, serta mempromosikan dirinya. Namun, agar tidak terlihat sombong akan pencapaian yang telah diraihnya, maka promosi tersebut diperhalus dan seolah-olah membuat fenomena humble-brag ini secara tidak sengaja. Tidak hanya itu, beberapa universitas juga ada yang menerbitkan sebuah artikel tentang penghargaan, publikasi, atau hibah yang telah diterima oleh akademisi / peneliti asal institusi tersebut. Repost di media sosial akan apresiasi dari institusi atau universitas tersebut juga dapat seolah-olah terlihat seperti humble-brag. Padahal, bentuk apresiasi universitas tersebut dapat menjadi jalur koneksi tambahan untuk membuka kesempatan pencapaian yang lebih tinggi.
Maka dari itu, salah satu kontra akan fenomena humble-brag ini adalah kecenderungan untuk membuat berbagai macam kalangan terganggu. Terutama para peneliti lainnya yang merasa tertekan atau terkalahkan akibat pencapaian yang diterimanya. Namun demikian, hal ini masih menjadi perdebatan dikarenakan kontra tersebut bergantung pada bagaimana kita menyikapi dari humble-brag seseorang. Terlebih, jikalau pencapaian yang diterima dipublikasikan pada kanal yang tepat, seperti laman universitas atau institusi pekerjaan.
Referensi:
Baca juga