27 Desember 2024
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ada korelasi antara merokok tembakau dan penyakit kejiwaan (khususnya skizofrenia). Tetapi kenapa orang yang memiliki penyakit kejiwaan lebih mungkin untuk merokok dibandingkan populasi lain? Terdapat beberapa hipotesis untuk pertanyaan tersebut, misalnya merokok membantu gejala skizofrenia, atau membantu mengurangi rasa bosan dan stres. Terdapat juga bukti korelasi positif antara penggunaan nikotin dengan penyakit Parkinson, mendukung hipotesis bahwa dopamin yang didapat dari nikotin dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson. (Quik, 2008) Satu studi systematic review and meta-analysis menunjukkan bahwa tembakau sebenarnya meningkatkan risiko penyakit jiwa secara dini pada usia muda (early-onset). Pasien dengan penyakit jiwa dini (early-onset), sebanyak 57%-nya merupakan perokok. Hasilnya, perokok memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk mengalami penyakit kejiwaan secara dini (early-onset). Selain itu, perokok berisiko terkena penyakit jiwa 1,04 tahun lebih awal daripada individu yang tidak merokok.
Kesimpulannya? Ada efek terapi, tetapi risiko early-onset psychosis meningkat. Meskipun penggunaan nikotin dapat meningkatkan dopamin yang akan memberikan efek terapi bagi penderita penyakit jiwa tertentu, penggunaan tembakau tetap berhubungan dengan meningkatnya risiko terkena penyakit jiwa secara dini (early-onset).
Referensi:
Baca juga